#mengenang_sang_guru
#jelang_haul_sang_guru
Jama'ah Masjid ar-Rahmaan tentu sudah tidak asing lagi kepada sosok kharismatik nan murah senyum, ya, beliaulah alMarhuum alMaghfuur lah KH.AbdurRazzaaq Khaidir. Seorang ulama besar kelahiran Tegal Parang Jakarta Selatan yang pernah cukup lama mengenyam pendidikan di Kairo, Mesir. Di antara guru beliau yakni alHabib Ali bin Abdurrahman bin Abdullah alHabsyi Kweetang dan KH.Abdullah Arfan Baraja, Pekojan. Nah, lewat KH.Arfan inilah KH.Abdurrazzaaq mendapat bantuan untuk berangkat ke Mesir yang dititipkan kepada rombongan jama'ah tabligh yang hendak berangkat ke Pakistan, hal ini beberapa kali pernah KH.Abdurrazzaq sampaikan di depan jama'ah masjid ar-Rahmaan sambil bernostalgia saat menceritakan suka-dukanya ketika studi ke Mesir.
Di antara bukti kedekatan beliau dengan Habib Ali Kweetang, suatu malam beliau pernah bermimpi diajak jalan-jalan naik delman oleh Habib Ali. Rute perjalanannya ke arah Selatan kota Jakarta. Di tengah perjalanan, Habib Ali sempat mengatakan bahwa di wilayah Selatan Jakarta itulah beliau nantinya akan turun berdakwah. Impian itu sangat membekas dalam ingatannya. Sekian waktu kemudian ia pun mengerti makna dari perkataan Sang Guru. Kegiatan dakwahnya memang beredar lebih banyak di wilayah Selatan Jakarta.
Pada hari Selasa, 11 November 2014 jam 11.00 WIB kabar duka merebak di seantero Jakarta atas kepulangan KH.Abdurrazzaq Khaidir ke rahmatullah. Harapan kita semua jama'ah masjid ar-Rahmaan, selaku murid beliau, semoga alMarhuum alMaghfuur lah KH.AbdurRazzaaq Khaidir diampuni segala dosa & kesalahannya, Allah Ta'ala selalu berikan rahmat & maghfirah-Nya, dan Allah Ta'ala jadikan kuburnya Rawdhah min Riyaadhil Jinaan.
Aaamiin Allaahumma aamiin...
*dicomot dari blog masjid Baitul Mukhlisin. biar lebih danta: http://baitul-mukhlisin.blogspot.com/2014/11/sang-mutiara-dakwah-kh.html
Husni's Zone
Wadah sederhana untuk sarana berbagi ilmu serta wawasan-wawasan ke-Islaman lainnya yang menjunjung tinggi Manhaj AhlusSunnah wal Jamaa'ah. Semoga blog kecil ini dapat memberi manfaat bagi alfaqir sendiri maupun bagi pengunjung sekalian. Aamiin...
Rabu, 07 November 2018
Selasa, 22 Agustus 2017
Diceritakan oleh Abdul Wahid bin Zaid dia berkata "Suatu ketika aku dalam perjalanan dengan perahu dan angin mengarahkanku ke suatu tempat (jazirah) lalu aku melihat seorang yang menyembah berhala, kemudian aku berkata kepadanya "Engkau menyembah berhala ini, sementara banyak di antara kita orang-orang yang bisa membuat berhala seperti itu?"
Orang itu pun bertanya " kalian berkata seperti itu, terus apa yang kalian sembah?"
Aku pun menjawab "Aku menyembah Tuhan yang Arsy-Nya ada di langit dan kekuasaan- Nya ada di Bumi dan Lautan"
orang itu berkata "Siapa yang mengajari kalian hal itu?"
aku berkata "Dia mengutus kepada kami Utusan-Nya"
orang itu bertanya lagi "Apa yang di lakukan-Nya pada utusan-Nya?"
aku menjawab "Dia mencabut nyawanya dan dikembalikan kepada-Nya"
orang itu berkata "Apakah dia (Rasul) meninggalkan suatu pertanda?"
aku berkata "Ia benar, dia meninggalkan kitabnya"
orang itu berkata "Adakah kalian hafal sebagian dari kitabnya itu?"
Kemudian akupun membacakannya surat ArRahman, lalu orang itu pun menangis sampai aku mengkhatamkan surat tersebut. Kemudian dia berkata " Tidaklah benar/pantas kalau yang menurunkan bahasa/kalam kitab itu di durhakai".
kemudian aku pun menawarkan Islam kepadanya, dan dia menerimanya dengan membaca dua kalimat syahadat. Lalu aku pun membawanya ikut bersama dalam perjalanan menggunakan perahu, hingga suatu waktu malam mulai menjelang dan aku pun sholat Isya dan bersiap-siap untuk tidur, kemudian orang itu mendekatiku seraya bertanya " Apakah Dia Tuhan yang memberikanmu petunjuk akan agama ini juga tidur?"
aku menjawab "Tentu tidak, Dia adalah Dzat yang hidup dan selalu menaungi dan tidak pernah tidur"
Orang itupun bergumam "ahh kalian adalah hamba yang sangat buruk, kalian bisa se- enaknya saja tidur, sementara Tuanmu terjaga".
Setelah aku sampai di daratan dan kita mau berpisah akupun mengumpulkan beberapa dirham ( uang) dan kuberikan padanya, tapi dia malah berkata "Untuk apa ini semua?"
akupun menjawab "Dengan uang ini kamu bisa membeli sesuatu untuk bekal hidupmu".
Orang itupun malah berkata " ahh kalian, kalian menunjukkan aku suatu jalan yang belum pernah aku tempuh, sedangkan aku saja dulu menyembah selain-Nya, dan dia tetap menghidupiku dan tidak pernah membiarkanku, sedangkan sekarang aku sudah menyembah-Nya, apa mungkin Dia akan meninggalkanku? Sedangkan aku sekarang sudah mengenal-Nya".
Akhirnya kami pun berpisah dan dia tetap menolak pemberian uangku karena sangat percaya akan perlindungan dan penanggungan Allah SWT kepadanya, hingga selang 3 hari aku mendengar bahwa dia sekarat dan mau meninggal, lalu aku pun mendatanginya, dan bertanya kepadanya "Adakah kamu punya keinginan?", dia pun menjawab "ahhh saudaraku engkau telah mengabulkan keinginanku ketika engkau mengeluarkanku dari daerah (jazirah) itu". Karena lelah aku pun tertidur di sampingnya, dan dalam mimpiku aku melihat perempuan muda dan cantik dalam taman yang hijau, perempuan itu berteriak "Haaaiii cepat bawa dia kesini, sudah sekian lama rindu ini terpendam kepadanya" ,
terhenyak aku pun terbangun dari mimpiku dan kulihat sahabatku sudah kaku dan mati.
Aku pun menguburkannya malam itu juga, dan malam itu aku pun tidur seperti biasanya, lalu dalam mimpiku aku bertemu dengan orang itu memakai mahkota dan di dampingi oleh bidadari, dan orang itu membaca ayat
{والملائكة يدخلون عليهم من كل باب سلام عليكم بما صبرتم فنعم عقبى الدار}
QS.ar-Ra'd: 24
Rabu, 12 April 2017
Ceramah al-'Allaamah alHabib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh Tentang Makna Keberkahan
al-'Aarif biLLAAH alHabib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf (gurunya alHabib Umar bin Hafizh) pernah bercerita tentang seorang lelaki yg memiliki hajat kebutuhan & hidup dalam keadaan fakir. Suatu saat lelaki ini bermimpi melihat seseorang dan berkata kepadanya bahwa di tempat anu di bawah sebuah batu ada uang 1000 dirham, lelaki itu bertanya: "Apakah ada keberkahannya?", dijawab: "Tidak ada". Seraya lelaki itu berkata: "Aku tidak mau memenuhi hajatku dengan uang itu".
Di hari berikutnya ia bermimpi lg tentang hal yg sama, dikatakan di tempat anu di bawah batu ada uang 500 dirham, lalu ia bertanya: "Apakah ada keberkahannya?" Dijawab: "Tidak". Dijawab lagi oleh lelaki itu: "Aku tdk mau memenuhi hajatku dg uang itu". Berulang terus mimpi lelaki tersebut, disebutkan uang 100 dirham, kemudian 10 dirham.
Sampai pada malam yg lain lelaki itu bermimpi lagi hal yg sama melihat seseorang dan berkata kepadanya bahwa di tempat anu di bawah batu ada uang 2 dirham, lalu ia bertanya: "Apakah ada keberkahannya?" dijawab: "Iya, ada". Sontak lelaki itu berkata: "Jika ada berkahnya aku mau".
Lalu lelaki itu menceritakan hal ini kepada isterinya, isterinya ini termasuk orang yg tidak faham akan makna keberkahan. Si isteri berkata: "Engkau berikan kami 2 dirham dari yg awalnya 1000 dirham, hanya karena tidak ada keberkahannya?". Dijawab lelaki itu: "Pokoknya aku hanya ingin yg ada keberkahannya".
Singkat cerita pergilah si isteri untuk mencari tahu kebenaran mimpi suaminya, dan ternyata memang benar, ada uang 2 dirham sebagaimana di mimpi suaminya itu. Ia pergi ke pasar, ia beli 2 ekor ikan dengan uang 2 dirham itu, lalu ia pulang ke rumah. Tatkala pisau membelah perut ikan yg pertama, tiba-tiba ada intan permata di dalam perut ikan tersebut, lalu dibelah lagi perut ikan yg kedua, juga ada banyak intan permata di dalamnya. Sehingga jadilah ia memiliiki ratusan ribu dirham. Maka ia berkata: "Lihatlah keberkahan ini hai fulanah, kalau kita ambil yg 1000, berapa lama kita bisa bertahan & akan cepat habis. Sekarang ambillah yg ingin kau ambil & sedekahkanlah dan berikan kepada para tetangga."
Begitulah keberkahan nampak hasilnya dg jelas di alam ini.
Wallaahu a'lam bishShawab
Cuplikan video ceramahnya alhabib Umar bin Hafizh: https://www.youtube.com/watch?v=zgh85KNNnhQ
al-'Aarif biLLAAH alHabib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf (gurunya alHabib Umar bin Hafizh) pernah bercerita tentang seorang lelaki yg memiliki hajat kebutuhan & hidup dalam keadaan fakir. Suatu saat lelaki ini bermimpi melihat seseorang dan berkata kepadanya bahwa di tempat anu di bawah sebuah batu ada uang 1000 dirham, lelaki itu bertanya: "Apakah ada keberkahannya?", dijawab: "Tidak ada". Seraya lelaki itu berkata: "Aku tidak mau memenuhi hajatku dengan uang itu".
Di hari berikutnya ia bermimpi lg tentang hal yg sama, dikatakan di tempat anu di bawah batu ada uang 500 dirham, lalu ia bertanya: "Apakah ada keberkahannya?" Dijawab: "Tidak". Dijawab lagi oleh lelaki itu: "Aku tdk mau memenuhi hajatku dg uang itu". Berulang terus mimpi lelaki tersebut, disebutkan uang 100 dirham, kemudian 10 dirham.
Sampai pada malam yg lain lelaki itu bermimpi lagi hal yg sama melihat seseorang dan berkata kepadanya bahwa di tempat anu di bawah batu ada uang 2 dirham, lalu ia bertanya: "Apakah ada keberkahannya?" dijawab: "Iya, ada". Sontak lelaki itu berkata: "Jika ada berkahnya aku mau".
Lalu lelaki itu menceritakan hal ini kepada isterinya, isterinya ini termasuk orang yg tidak faham akan makna keberkahan. Si isteri berkata: "Engkau berikan kami 2 dirham dari yg awalnya 1000 dirham, hanya karena tidak ada keberkahannya?". Dijawab lelaki itu: "Pokoknya aku hanya ingin yg ada keberkahannya".
Singkat cerita pergilah si isteri untuk mencari tahu kebenaran mimpi suaminya, dan ternyata memang benar, ada uang 2 dirham sebagaimana di mimpi suaminya itu. Ia pergi ke pasar, ia beli 2 ekor ikan dengan uang 2 dirham itu, lalu ia pulang ke rumah. Tatkala pisau membelah perut ikan yg pertama, tiba-tiba ada intan permata di dalam perut ikan tersebut, lalu dibelah lagi perut ikan yg kedua, juga ada banyak intan permata di dalamnya. Sehingga jadilah ia memiliiki ratusan ribu dirham. Maka ia berkata: "Lihatlah keberkahan ini hai fulanah, kalau kita ambil yg 1000, berapa lama kita bisa bertahan & akan cepat habis. Sekarang ambillah yg ingin kau ambil & sedekahkanlah dan berikan kepada para tetangga."
Begitulah keberkahan nampak hasilnya dg jelas di alam ini.
Wallaahu a'lam bishShawab
Cuplikan video ceramahnya alhabib Umar bin Hafizh: https://www.youtube.com/watch?v=zgh85KNNnhQ
Selasa, 04 April 2017
Ceramah AlHabib Umar bin Hafizh Tentang Kisah Sayyidina Musa bin Ja'far ash-Shadiq (Musa al-Kaazhim)
Dinuqilkan dari ulama-ulama ahli sejarah apa yg telah diriwayatkan oleh Syaqiq al-Balkhi tentang Sayyidina Musa al-Kaazhim RA. Saat itu adalah musim haji dan ramai orang pd saat itu.
Ada seorang pemuda yg mengenakan baju sufi di tengah orang ramai tsb. Terlintas di hati Syaqiq al-Balkhi yg mengatakan bahwa pemuda ini menampakkan suluk & kesufiannya hanya utk mencari simpati orang-orang. Syaqiq pun mendekati pemuda itu, tiba-tiba pemuda itu berkata kpd Syaqiq: "Wahai Syaqiq, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sungguh sebagian prasangka itu adalah dosa". Syaqiq pun tercengang seraya berkata: "Astaghfirullaah, pemuda ini tahu namaku dan ia tahu apa isi hatiku".
Pemuda itu kemudian pergi. Syaqiq berkata: "Ini adalah orang shalih, aku telah berburuk sangka padanya. Aku akan meminta maaf dan meminta do'a darinya". Lalu Syaqiq mencari pemuda itu dan ia temukan pemuda itu sedang shalat. Selesai shalat, pemuda itu berkata: "Wahai Syaqiq, bacalah firman Allah SWT: Sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi yg bertaubat, beriman dan beramal sholeh lalu tetap di jalan yg benar". Pemuda itu pun pergi lagi meninggalkan Syaqiq.
Syaqiq kembali bergumam: "Sungguh menakjubkan orang ini, saya akan mencarinya". Syaqiq melihat & terus mengawasi pemuda itu. Lalu dilihatnya pemuda itu sedang membawa ember kecil di atas sebuah sumur, namun ember itu tercebur ke dlm sumur, sementara tidak ada orang lain di sekitarnya, seraya pemuda itu menatap langit dan ia berkata: "Wahai Zat yg tak membutuhkan makananku, airku dan segalanya, maka janganlah putuskan aku di tempat ini". Tidaklah ia selesaikan doanya melainkan air sumur itu naik dan embernya ada di atas air, ia ambil ember itu dan berwudhu lalu ia ambil pasir di dekatnya. Karena rombongannya telah jauh meninggalkannya, sedangkan ia lapar, ia ambil pasir dan ia letakkan di dalam ember lalu diaduk-aduk kemudian diminumnya. Syaqiq segera mendekati pemuda itu seraya berkata: "Berikan aku dari rizki yg Allah berikan kepadamu". Pemuda itu menjawab: "Berbaik sangkalah kpd Allah! Ambillah dan minumlah!". Dengan segera Syaqiq meminumnya, dan ternyata itu adalah tepung dicampur gula yg enak & banyak.
Kemudian Syaqiq mencarinya lg namun tak dpt ditemuinya pemuda itu. Sampai akhirnya tiba di Masjidil Haram pd tengah malam, Syaqiq melihat pemuda itu sedang ada di sudut masjid, shalat dg khusyuknya sambil menangis hingga sampai terbit fajar. Hingga datang waktu shubuh lalu shalat bersama orang banyak, lalu pemuda itu melakukan thawaf sampai terbit matahari. Sambil terus Syaqiq memantau pemuda itu dan mengikutinya. Ternyata di belakang Masjidil Haram sudah banyak jamaah berkumpul yg tak lain adalah para murid dan pengikut dari sang Pemuda itu. Syaqiq menjadi takjub dibuatnya dan ia bertanya kpd salah seorang jamaah yg sedang berkumpul tadi: "Siapakah pemuda ini?", maka dijawab: "Beliau adalah Musa bin Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Husein". Syaqiq pun tercengang: "Ternyata inilah orang yg aku tidak kenal itu..."
Tahukah sang Pemuda itu berumur berapa di kala itu? Umurnya sekitar 18 tahun atau sekitar 28 tahun. MasyaAllaah Tabaarokallaah....
Cuplikan videonya ceramah Habib Umar bin Hafizh: https://www.youtube.com/watch?v=6Bg20c_NNh4
Dinuqilkan dari ulama-ulama ahli sejarah apa yg telah diriwayatkan oleh Syaqiq al-Balkhi tentang Sayyidina Musa al-Kaazhim RA. Saat itu adalah musim haji dan ramai orang pd saat itu.
Ada seorang pemuda yg mengenakan baju sufi di tengah orang ramai tsb. Terlintas di hati Syaqiq al-Balkhi yg mengatakan bahwa pemuda ini menampakkan suluk & kesufiannya hanya utk mencari simpati orang-orang. Syaqiq pun mendekati pemuda itu, tiba-tiba pemuda itu berkata kpd Syaqiq: "Wahai Syaqiq, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sungguh sebagian prasangka itu adalah dosa". Syaqiq pun tercengang seraya berkata: "Astaghfirullaah, pemuda ini tahu namaku dan ia tahu apa isi hatiku".
Pemuda itu kemudian pergi. Syaqiq berkata: "Ini adalah orang shalih, aku telah berburuk sangka padanya. Aku akan meminta maaf dan meminta do'a darinya". Lalu Syaqiq mencari pemuda itu dan ia temukan pemuda itu sedang shalat. Selesai shalat, pemuda itu berkata: "Wahai Syaqiq, bacalah firman Allah SWT: Sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi yg bertaubat, beriman dan beramal sholeh lalu tetap di jalan yg benar". Pemuda itu pun pergi lagi meninggalkan Syaqiq.
Syaqiq kembali bergumam: "Sungguh menakjubkan orang ini, saya akan mencarinya". Syaqiq melihat & terus mengawasi pemuda itu. Lalu dilihatnya pemuda itu sedang membawa ember kecil di atas sebuah sumur, namun ember itu tercebur ke dlm sumur, sementara tidak ada orang lain di sekitarnya, seraya pemuda itu menatap langit dan ia berkata: "Wahai Zat yg tak membutuhkan makananku, airku dan segalanya, maka janganlah putuskan aku di tempat ini". Tidaklah ia selesaikan doanya melainkan air sumur itu naik dan embernya ada di atas air, ia ambil ember itu dan berwudhu lalu ia ambil pasir di dekatnya. Karena rombongannya telah jauh meninggalkannya, sedangkan ia lapar, ia ambil pasir dan ia letakkan di dalam ember lalu diaduk-aduk kemudian diminumnya. Syaqiq segera mendekati pemuda itu seraya berkata: "Berikan aku dari rizki yg Allah berikan kepadamu". Pemuda itu menjawab: "Berbaik sangkalah kpd Allah! Ambillah dan minumlah!". Dengan segera Syaqiq meminumnya, dan ternyata itu adalah tepung dicampur gula yg enak & banyak.
Kemudian Syaqiq mencarinya lg namun tak dpt ditemuinya pemuda itu. Sampai akhirnya tiba di Masjidil Haram pd tengah malam, Syaqiq melihat pemuda itu sedang ada di sudut masjid, shalat dg khusyuknya sambil menangis hingga sampai terbit fajar. Hingga datang waktu shubuh lalu shalat bersama orang banyak, lalu pemuda itu melakukan thawaf sampai terbit matahari. Sambil terus Syaqiq memantau pemuda itu dan mengikutinya. Ternyata di belakang Masjidil Haram sudah banyak jamaah berkumpul yg tak lain adalah para murid dan pengikut dari sang Pemuda itu. Syaqiq menjadi takjub dibuatnya dan ia bertanya kpd salah seorang jamaah yg sedang berkumpul tadi: "Siapakah pemuda ini?", maka dijawab: "Beliau adalah Musa bin Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Husein". Syaqiq pun tercengang: "Ternyata inilah orang yg aku tidak kenal itu..."
Tahukah sang Pemuda itu berumur berapa di kala itu? Umurnya sekitar 18 tahun atau sekitar 28 tahun. MasyaAllaah Tabaarokallaah....
Cuplikan videonya ceramah Habib Umar bin Hafizh: https://www.youtube.com/watch?v=6Bg20c_NNh4
Rabu, 07 Desember 2016
Malaikat yang Patah Sayapnya
Suatu hari turun Malaikat Jibril AS menemui Nabi Muhammad Shollallahu 'Alaihi Wasallam dan bercerita, "Di langit ada seorang malaikat yang duduk di atas singgasana dengan dikelilingi 70.000
malaikat lain sebagai pelayannya. Dari setiap hembusan nafas malaikat tersebut, Allah SWT menciptakan lagi seorang malaikat. Jadi tidak terhitung banyaknya malaikat yang kemudian menjadi pelayannya.
Namun saat ini kulihat dia sedang berada di gunung Qaf dengan kedua sayapnya yang patah, tanpa seorang malaikat pun yang mendampinginya. Ketika ia melihatku, ia berkata, "Wahai Jibril, adakah engkau mau menolongku?" Aku bertanya, "Apa salahmu?" Ia menjawab, "Pada malam Mi'raj ketika Nabi Muhammad SAW di depan singgasanaku, namun aku tidak berdiri untuk menyambutnya, maka kemudian Allah menghukumku dengan keadaan yang kau lihat sekarang."
Malaikat Jibril AS melanjutkan ceritanya. Kemudian aku menghadap Allah SWT dan memohonkan ampun untuknya. Allah Azza Wa Jalla berfirman, "Wahai Jibril, katakanlah kepada malaikat itu agar membaca Sholawat kepada Muhammad." Malaikat itu lalu membaca Sholawat untukmu, dan Allah SWT mengampuninya serta mengembalikan kedua sayapnya juga mendudukannya kembali di singgasananya. Maasya Allaah...
Sumber : Kitab Mukasyafatul Qulub bab 19 hal. 143 karya Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali
Tambahan : alHabib Ahmad Kazim bin Luqman Al-Kaff menginformasikan mengenai gunung Qaf dan lokasinya. Beliau menjawab bahwa gunung Qaf adalah gunung ghaib yang berada di antara langit dan bumi, ia berfungsi untuk menahan langit dan bumi agar stabil (tidak bergoncang). Gunung ini tanahnya terbuat dari Zamrud berwarna biru, sehingga biasnya membuat langit terlihat biru, padahal warna asli langit adalah putih, lebih putih dari susu.
Suatu hari turun Malaikat Jibril AS menemui Nabi Muhammad Shollallahu 'Alaihi Wasallam dan bercerita, "Di langit ada seorang malaikat yang duduk di atas singgasana dengan dikelilingi 70.000
malaikat lain sebagai pelayannya. Dari setiap hembusan nafas malaikat tersebut, Allah SWT menciptakan lagi seorang malaikat. Jadi tidak terhitung banyaknya malaikat yang kemudian menjadi pelayannya.
Namun saat ini kulihat dia sedang berada di gunung Qaf dengan kedua sayapnya yang patah, tanpa seorang malaikat pun yang mendampinginya. Ketika ia melihatku, ia berkata, "Wahai Jibril, adakah engkau mau menolongku?" Aku bertanya, "Apa salahmu?" Ia menjawab, "Pada malam Mi'raj ketika Nabi Muhammad SAW di depan singgasanaku, namun aku tidak berdiri untuk menyambutnya, maka kemudian Allah menghukumku dengan keadaan yang kau lihat sekarang."
Malaikat Jibril AS melanjutkan ceritanya. Kemudian aku menghadap Allah SWT dan memohonkan ampun untuknya. Allah Azza Wa Jalla berfirman, "Wahai Jibril, katakanlah kepada malaikat itu agar membaca Sholawat kepada Muhammad." Malaikat itu lalu membaca Sholawat untukmu, dan Allah SWT mengampuninya serta mengembalikan kedua sayapnya juga mendudukannya kembali di singgasananya. Maasya Allaah...
Sumber : Kitab Mukasyafatul Qulub bab 19 hal. 143 karya Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali
Tambahan : alHabib Ahmad Kazim bin Luqman Al-Kaff menginformasikan mengenai gunung Qaf dan lokasinya. Beliau menjawab bahwa gunung Qaf adalah gunung ghaib yang berada di antara langit dan bumi, ia berfungsi untuk menahan langit dan bumi agar stabil (tidak bergoncang). Gunung ini tanahnya terbuat dari Zamrud berwarna biru, sehingga biasnya membuat langit terlihat biru, padahal warna asli langit adalah putih, lebih putih dari susu.
Rabu, 25 Mei 2016
Wasiat Alhabib Zayn bin Ibrahim bin Smith Seputar Bulan Ramadhan
WASIAT DARI ASY-SYAIKH AL-'ALLAMAH AL HABIB ZAYN BIN IBRAHIM BIN SUMAYTH TENTANG BAGAIMANA TARHIB (MENYAMBUT DAN MENGGEMARKAN ATAS) BULAN RAMADHAN
Wasiat tentang Ramadhan dari Al Habib Zain bin Smith semoga beliau di jaga allah dari segala keburukan. aamiin...
Aku wasiatkan kepada kalian semua untuk setidaknya menjaga 3 hal :
Aku wasiatkan kepada kalian semua untuk setidaknya menjaga 3 hal :
1) MENJAGA PUASA KALIAN SEPERTI KALIAN MENJAGA HARTA YANG PALING BERHARGA KALIAN.
Dan maksud daripada menjaga puasa menjaganya dari apa-apa yg membatalkannya dan membatalkan pahalanya, dan apa-apa yg membatalkan puasa sudah jelas kita semua mengetahuinya yaitu makan minum dan lain sebagainya, dan sesuatu yg membatalkan pahalanya seperti berbohong menggunjing orang lain dan semua yg di benci oleh Allah SWT, maka itu tidak membatalkan puasa tapi itu membatalkan pahalanya maka rasa capek berpuasa menjadi sia-sia seperti yg di sebutkan dalam hadist "Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan darinya kecuali rasa lapar dan haus dan berapa banyak yang bangun malam tidak mendapatkan apa-apa kecuali capek dan begadang."
Maka sudah seharusnya orang yang berpuasa tidak memusuhi orang lain atau berdebat atau mengucapkan kata-kata kotor akan tetapi menyibukkan waktu-waktunya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT karena amalan-amalan di bulan ramadhan di lipat gandakan, dan wajib atas seseorang juga untuk menghilangkan penghalang-penghalang yang menghalangi datang nya rahmat seperti durhaka kepada orang tua dan dendam kepada orang lain dan memutus silaturrahmi, maka siapa yang ada padanya sifat-sifat ini akan berlalu malam-malam ramadhan dan malam lailatul qodar sedang kan dia termasuk yang di haramkan dari kebaikan-kebaikan dan barokah, pemberian yg di turunkan di bulan ramadan.
Dan maksud daripada menjaga puasa menjaganya dari apa-apa yg membatalkannya dan membatalkan pahalanya, dan apa-apa yg membatalkan puasa sudah jelas kita semua mengetahuinya yaitu makan minum dan lain sebagainya, dan sesuatu yg membatalkan pahalanya seperti berbohong menggunjing orang lain dan semua yg di benci oleh Allah SWT, maka itu tidak membatalkan puasa tapi itu membatalkan pahalanya maka rasa capek berpuasa menjadi sia-sia seperti yg di sebutkan dalam hadist "Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan darinya kecuali rasa lapar dan haus dan berapa banyak yang bangun malam tidak mendapatkan apa-apa kecuali capek dan begadang."
Maka sudah seharusnya orang yang berpuasa tidak memusuhi orang lain atau berdebat atau mengucapkan kata-kata kotor akan tetapi menyibukkan waktu-waktunya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT karena amalan-amalan di bulan ramadhan di lipat gandakan, dan wajib atas seseorang juga untuk menghilangkan penghalang-penghalang yang menghalangi datang nya rahmat seperti durhaka kepada orang tua dan dendam kepada orang lain dan memutus silaturrahmi, maka siapa yang ada padanya sifat-sifat ini akan berlalu malam-malam ramadhan dan malam lailatul qodar sedang kan dia termasuk yang di haramkan dari kebaikan-kebaikan dan barokah, pemberian yg di turunkan di bulan ramadan.
2) SELALU BERUSAHA MENJAGA QIYAM DI BULAN RAMADHAN.
Dalam hal ini arti qiyam itu sendiri kita di wasiatkan untuk selalu menjaga sholat tarawih kita dari malam pertama sampai malam terakhir di bulan ramadhan ini jangan sampai ada yang bolong, beserta menjaga untuk selalu sholat berjamaah khususnya sholat isya' dan shubuh, karena barang siapa menjaga hal itu maka dia telah mendapatkan nasibnya dari malam lailatul qodar.
Dalam hal ini arti qiyam itu sendiri kita di wasiatkan untuk selalu menjaga sholat tarawih kita dari malam pertama sampai malam terakhir di bulan ramadhan ini jangan sampai ada yang bolong, beserta menjaga untuk selalu sholat berjamaah khususnya sholat isya' dan shubuh, karena barang siapa menjaga hal itu maka dia telah mendapatkan nasibnya dari malam lailatul qodar.
3) MENYAMBUT DENGAN BERGEMBIRA AKAN PEMBERIAN DAN FADHILAH2 DARI ALLAAH SWT.
Dikarenakan arak-arakan (berisi berbagai anugerah) Allah SWT akan digelar pada bulan Ramadhan setiap malam dimulai dari terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar, sedangkan pada selain bulan Ramadhan digelar mulai waktu sahar (sebelum terbit fajar) saja.
Tiap orang hendaknya menyambut akan berbagai anugerah-anugerah dan pemberian-pemberian Allah SWT tsb, sedangkan menyambut akan pemberian-pemberian Allah SWT tersebut dapat dilakukan dengan 3 hal:
Dikarenakan arak-arakan (berisi berbagai anugerah) Allah SWT akan digelar pada bulan Ramadhan setiap malam dimulai dari terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar, sedangkan pada selain bulan Ramadhan digelar mulai waktu sahar (sebelum terbit fajar) saja.
Tiap orang hendaknya menyambut akan berbagai anugerah-anugerah dan pemberian-pemberian Allah SWT tsb, sedangkan menyambut akan pemberian-pemberian Allah SWT tersebut dapat dilakukan dengan 3 hal:
1. Dengan selalu berusaha dan bersungguh-sungguh dalam (menggapai) ridho Allah yang Maha Tinggi dan Maha Kuasa, Allah SWT berfirman:
((Dan barangsiapa yang berjihad (berusaha dengan sungguh-sungguh) maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri)).
{Hendaknya engkau berusaha dengan sungguh-sungguh maka niscaya engkau akan melihat (hasilnya), dan ambillah kesempatan untuk mendapatkan janji (Allah SWT) berupa petunjuk, yaitu petunjuk yang telah disebutkan dalam ayat pada surat Al Ankabut}.
Rasulullah SAW bersungguh-sungguh dalam beramal pada bulan Romadhon melebihi pada selain bulan Ramadhan, beliau lebih bersegera dalam kebaikan melebihi (kecepatan) angin yang berhembus.
2. Menyambut akan pemberian Allah dapat dilakukan dengan selalu istiqomah dalam pembacaan wirid-wirid dan dzikir-dzikir yang datang dari Nabi SAW dan para salaf shaleh, terlebih-lebih dzikir ini yang dianjurkan agar selalu dibaca, (yaitu):
{ أشهد أن لا إله إلا الله نستغفر الله نسألك الجنة ونعوذ بك من النار }،
Hendaknya tiap orang itu memperbanyak dzikir tersebut, karena Rasulullah SAW bersabda: ((Hendaknya kalian memperbanyak empat hal dalam bulan (Romadhon) ini..)), bukan cuma dibaca sebelum Maghrib saja, namun dibaca 50 kali atau 100 kali atau lebih pada hari-hari bulan Romadhon. Dibaca baik ketika berjalan maupun ketika duduk maupun ketika berkendara..
Kaum perempuan juga membacanya sambil memasak maupun sambil menyapu maupun sambil menyusui anaknya..
Sedangkan kaum lelaki membacanya baik ketika beraktivitas maupun ketika bekerja..
Jadi hendaknya seseorang itu selalu istiqomah dalam membaca dzikir-dzikir yang ma'tsur (datang dari Nabi SAW atau pasa salaf shaleh) dan menghadiri majlis-majlis, terlebih-lebih majlis ilmu, karena telah diriwayatkan:
((Barangsiapa yang menghadiri majlis ilmu pada bulan Ramadhan, maka Allah akan menuliskan pahala setahun baginya pada setiap langkahnya)).
Oleh karena itu, para salaf shaleh mengadakan acara-acara Rouhah pada waktu Ashar bulan Romadhon, Al Habib Muhammad bin Ahmad bin Ahmad Al Muhdhor berkata:
"Meninggalkan Rouhah adalah merupakan dahaga yang sangat"
Maka seseorang itu hendaknya berlomba-lomba dan bersegera, Allah SWT berfirman:
((Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba)) dan ((Untuk semisal inilah hendaknya beramallah orang-orang yang mampu beramal)).
3. Begitu juga menyambut akan pemberian-pemberian Allah SWT dapat dilakukan dengan selalu berusaha untuk menghilangkan segala penghalang yang dapat menghalangi didapatkannya dan diturunkannya rahmat, ini adalah hal yang paling penting dan paling besar ketimbang apa-apa yang telah disebutkan sebelumnya, (penghalang-penghalang tersebut yaitu) menjauhi 3 hal: durhaka (terhadap orang tua), memutuskan tali silaturrahim, membenci (saudara semuslim) dan yang lainnya..
Sehingga (apabila hal ini telah dilaksanakan) maka Romadhon akan berlalu sedangkan dia dalam keadaan yang terbaik..
((Dan barangsiapa yang berjihad (berusaha dengan sungguh-sungguh) maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri)).
{Hendaknya engkau berusaha dengan sungguh-sungguh maka niscaya engkau akan melihat (hasilnya), dan ambillah kesempatan untuk mendapatkan janji (Allah SWT) berupa petunjuk, yaitu petunjuk yang telah disebutkan dalam ayat pada surat Al Ankabut}.
Rasulullah SAW bersungguh-sungguh dalam beramal pada bulan Romadhon melebihi pada selain bulan Ramadhan, beliau lebih bersegera dalam kebaikan melebihi (kecepatan) angin yang berhembus.
2. Menyambut akan pemberian Allah dapat dilakukan dengan selalu istiqomah dalam pembacaan wirid-wirid dan dzikir-dzikir yang datang dari Nabi SAW dan para salaf shaleh, terlebih-lebih dzikir ini yang dianjurkan agar selalu dibaca, (yaitu):
{ أشهد أن لا إله إلا الله نستغفر الله نسألك الجنة ونعوذ بك من النار }،
Hendaknya tiap orang itu memperbanyak dzikir tersebut, karena Rasulullah SAW bersabda: ((Hendaknya kalian memperbanyak empat hal dalam bulan (Romadhon) ini..)), bukan cuma dibaca sebelum Maghrib saja, namun dibaca 50 kali atau 100 kali atau lebih pada hari-hari bulan Romadhon. Dibaca baik ketika berjalan maupun ketika duduk maupun ketika berkendara..
Kaum perempuan juga membacanya sambil memasak maupun sambil menyapu maupun sambil menyusui anaknya..
Sedangkan kaum lelaki membacanya baik ketika beraktivitas maupun ketika bekerja..
Jadi hendaknya seseorang itu selalu istiqomah dalam membaca dzikir-dzikir yang ma'tsur (datang dari Nabi SAW atau pasa salaf shaleh) dan menghadiri majlis-majlis, terlebih-lebih majlis ilmu, karena telah diriwayatkan:
((Barangsiapa yang menghadiri majlis ilmu pada bulan Ramadhan, maka Allah akan menuliskan pahala setahun baginya pada setiap langkahnya)).
Oleh karena itu, para salaf shaleh mengadakan acara-acara Rouhah pada waktu Ashar bulan Romadhon, Al Habib Muhammad bin Ahmad bin Ahmad Al Muhdhor berkata:
"Meninggalkan Rouhah adalah merupakan dahaga yang sangat"
Maka seseorang itu hendaknya berlomba-lomba dan bersegera, Allah SWT berfirman:
((Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba)) dan ((Untuk semisal inilah hendaknya beramallah orang-orang yang mampu beramal)).
3. Begitu juga menyambut akan pemberian-pemberian Allah SWT dapat dilakukan dengan selalu berusaha untuk menghilangkan segala penghalang yang dapat menghalangi didapatkannya dan diturunkannya rahmat, ini adalah hal yang paling penting dan paling besar ketimbang apa-apa yang telah disebutkan sebelumnya, (penghalang-penghalang tersebut yaitu) menjauhi 3 hal: durhaka (terhadap orang tua), memutuskan tali silaturrahim, membenci (saudara semuslim) dan yang lainnya..
Sehingga (apabila hal ini telah dilaksanakan) maka Romadhon akan berlalu sedangkan dia dalam keadaan yang terbaik..
Al Imam Asy Sya'roni RA berkata:
"Dahulu ketika bulan Romadhon telah lewat, maka mereka menjadi ahli kasyaf dikarenakan mereka mendapatkan sirr (rahasia Ilahi), nur (cahaya Ilahi) dan keberkahan.
Sedangkan Ummat kita, bulan Romadhon keluar masuk namun kita tidak bertambah sesuatupun dan inilah paling besarnya musibah..
"Dahulu ketika bulan Romadhon telah lewat, maka mereka menjadi ahli kasyaf dikarenakan mereka mendapatkan sirr (rahasia Ilahi), nur (cahaya Ilahi) dan keberkahan.
Sedangkan Ummat kita, bulan Romadhon keluar masuk namun kita tidak bertambah sesuatupun dan inilah paling besarnya musibah..
Ini adalah 3 hal yang aku wasiatkan kepada kalian agar selalu dilaksanakan, tidak usah banyak2 tapi benar2 kalian jaga (yaitu) sekali lagi: Melaksanakan puasa, Qiyam Romadhon dan menyambut berbagai pemberian-pemberian Allah SWT..
Semoga Allah SWT menjadikan bulan ini sebagai saksi kebaikan kita bukan saksi keburukan kita, serta menjadikan kita termasuk dari orang-orang yang dibebaskan dan diselamatkan dari api neraka, dan semoga Allah SWT memberi kekuatan kepada kita dalam melaksanakan puasa dan qiyam Romadhon dalam keadaan yang sempurna dan hati yang tenang. Aamiin Allahumma Aamiin..
Selasa, 16 Februari 2016
Dalam sebuah wawancara antara seorang penanya dengan Alhabib Umar bin Hafizh mengenai pandangan Habib Umar atas kitab Ihya 'Ulumuddin, berikut wawancaranya:
Penanya: "Apa kitab terbaik dalam tasawwuf menurut anda?"
Habib Umar: "Ihya 'Ulumuddin".
Penanya: "Banyak orang terpelajar yg berpendapat bahwa orang2 seharusnya tidak membaca kitab tersebut, apakah benar?"
Habib Umar: "Tidak! Ihya jelas2 adalah Syariah. Imam Ghazali telah melampaui semua hal, tidak ada kitab lain semisal ini. Hal ini ditunjukkan melalui mimpi atau visi yang Syaikh Abu Hasan asy-Syadzili lihat ketika ia memasuki kota Yerusalem.
Habib Umar: "Ihya 'Ulumuddin".
Penanya: "Banyak orang terpelajar yg berpendapat bahwa orang2 seharusnya tidak membaca kitab tersebut, apakah benar?"
Habib Umar: "Tidak! Ihya jelas2 adalah Syariah. Imam Ghazali telah melampaui semua hal, tidak ada kitab lain semisal ini. Hal ini ditunjukkan melalui mimpi atau visi yang Syaikh Abu Hasan asy-Syadzili lihat ketika ia memasuki kota Yerusalem.
ia (Syaikh Abu Hasan) melihat Nabi Muhammad SAW di singgasananya atau di atas semacam kursi yg terangkat/terbang, dan disekitarnya adalah para Nabi.
ia (Syaikh Abu Hasan) mendengar Nabi Musa AS berkata kepada Rasulullah SAW: "Anda mengatakan bhw ulama-ulama dari bangsa anda adalah seperti Nabi-Nabi dari Bani Israil?"
lalu Rasulullah SAW menjawab: "Iya, anda mau saya perlihatkan salah satunya?".
Lalu Rasulullah SAW berbalik dan berkata: "Dimanakah Abu Hamid al-Ghazali?"
Kemudian Imam Ghazali masuk dan duduk bersama mereka. Mereka (para Nabi) bertanya: "Siapakah nama anda, wahai Imam?"
ia (Syaikh Abu Hasan) mendengar Nabi Musa AS berkata kepada Rasulullah SAW: "Anda mengatakan bhw ulama-ulama dari bangsa anda adalah seperti Nabi-Nabi dari Bani Israil?"
lalu Rasulullah SAW menjawab: "Iya, anda mau saya perlihatkan salah satunya?".
Lalu Rasulullah SAW berbalik dan berkata: "Dimanakah Abu Hamid al-Ghazali?"
Kemudian Imam Ghazali masuk dan duduk bersama mereka. Mereka (para Nabi) bertanya: "Siapakah nama anda, wahai Imam?"
Alhabib Umar kembali mengingatkan kepada si penanya bahwa ini adalah mimpi/visi yang dialami oleh Syaikh Abu Hasan asy-Syadzili.
Imam Ghazali menjawab: "Nama saya Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali al-Tusi"
Nabi Musa AS berkata kepadanya: "Kami hanya menanyakan nama kamu saja, kami tidak ingin tahu nama ayahmu, kakekmu atau sukumu. Apakah ini yang dinamakan adab?"
Nabi Musa AS berkata kepadanya: "Kami hanya menanyakan nama kamu saja, kami tidak ingin tahu nama ayahmu, kakekmu atau sukumu. Apakah ini yang dinamakan adab?"
Lalu Imam Ghazali beralih ke Rasulullah SAW, kemudian bertanya: "Duhai utusan Allah, haruskah saya diam di hadapan Nabi Musa 'Kalimullah' ataukah saya harus menjawabnya?"
Rasulullah SAW berkata: "Silahkan, jawablah"
Rasulullah SAW berkata: "Silahkan, jawablah"
Kemudian Imam Ghazali berkata: "Duhai Nabiyullah Musa AS, ketika Tuhanmu bertanya kepadamu (QS.Thaha 17-18): "Apa itu yang ada di tangan kananmu?", Engkau menjawab: "ini adalah tongkatku, aku bersandar di atasnya, aku menggembalakan dombaku dengannya, dan hal-hal lain yang berguna untukku".
Engkau duhai Nabiyullah Musa tidak ditanyakan semua itu, yang ditanya hanyalah apakah itu yang ada di tanganmu"
Sehingga Nabi Musa AS terkejut dan berkata: "Sungguh benar ucapanmu yaa Rasulallaah SAW, para ulama dari bangsamu menyerupai Nabi di antara kita".
Engkau duhai Nabiyullah Musa tidak ditanyakan semua itu, yang ditanya hanyalah apakah itu yang ada di tanganmu"
Sehingga Nabi Musa AS terkejut dan berkata: "Sungguh benar ucapanmu yaa Rasulallaah SAW, para ulama dari bangsamu menyerupai Nabi di antara kita".
Sesaat kemudian si penanya bertanya kembali kepada Habib Umar: "Dimanakah dapat saya cari kisah yang anda utarakan tadi? apakah ada di kitab-kitab?".
Jawab Habib Umar: "Ya, kau dapat menemukannya di kitab-kitab sejarah dan di baris puisi yang disebutkan oleh Imam al-Haddad mengenai visi Syaikh Abu Hasan asy-Syadzili tadi". Sebagaimana Imam Nawawi berkata bahwa kitab ini (Ihya 'Ulumuddin) bagaikan al-Qur'an. Di dalam visi Syaikh Abu Hasan asy-Syadzili tadi, Rasulullah SAW berkata kepada Nabi Musa AS & Nabi Isa AS: "Apakah ada di antara ulama atau rabbi pada bangsamu yang seperti al-Ghazali?", Nabi Musa AS & Nabi Isa AS menjawab: "Tidak ada".
Jawab Habib Umar: "Ya, kau dapat menemukannya di kitab-kitab sejarah dan di baris puisi yang disebutkan oleh Imam al-Haddad mengenai visi Syaikh Abu Hasan asy-Syadzili tadi". Sebagaimana Imam Nawawi berkata bahwa kitab ini (Ihya 'Ulumuddin) bagaikan al-Qur'an. Di dalam visi Syaikh Abu Hasan asy-Syadzili tadi, Rasulullah SAW berkata kepada Nabi Musa AS & Nabi Isa AS: "Apakah ada di antara ulama atau rabbi pada bangsamu yang seperti al-Ghazali?", Nabi Musa AS & Nabi Isa AS menjawab: "Tidak ada".
WaLLAAHU A'lam bishshawaab
Sumber tayangan video:
Langganan:
Postingan (Atom)