Selasa, 22 Agustus 2017

Kisah Pencari Tuhan

Diceritakan oleh Abdul Wahid bin Zaid dia berkata "Suatu ketika aku dalam perjalanan dengan perahu dan angin mengarahkanku ke suatu tempat (jazirah) lalu aku melihat seorang yang menyembah berhala, kemudian aku berkata kepadanya "Engkau menyembah berhala ini, sementara banyak di antara kita orang-orang yang bisa membuat berhala seperti itu?"
Orang itu pun bertanya "kalian berkata seperti itu, terus apa yang kalian sembah?"
Aku pun menjawab "Aku menyembah Tuhan yang Arsy-Nya ada di langit dan kekuasaan-Nya ada di Bumi dan Lautan"
orang itu berkata "Siapa yang mengajari kalian hal itu?"
aku berkata "Dia mengutus kepada kami Utusan-Nya"
orang itu bertanya lagi "Apa yang di lakukan-Nya pada utusan-Nya?"
aku menjawab "Dia mencabut nyawanya dan dikembalikan kepada-Nya"
orang itu berkata "Apakah dia (Rasul) meninggalkan suatu pertanda?"
aku berkata "Ia benar, dia meninggalkan kitabnya"
orang itu berkata "Adakah kalian hafal sebagian dari kitabnya itu?"

Kemudian akupun membacakannya surat ArRahman, lalu orang itu pun menangis sampai aku mengkhatamkan surat tersebut. Kemudian dia berkata "Tidaklah benar/pantas kalau yang menurunkan bahasa/kalam kitab itu di durhakai".
kemudian aku pun menawarkan Islam kepadanya, dan dia menerimanya dengan membaca dua kalimat syahadat. Lalu aku pun membawanya ikut bersama dalam perjalanan menggunakan perahu, hingga suatu waktu malam mulai menjelang dan aku pun sholat Isya dan bersiap-siap untuk tidur, kemudian orang itu mendekatiku seraya bertanya "Apakah Dia Tuhan yang memberikanmu petunjuk akan agama ini juga tidur?"
aku menjawab "Tentu tidak, Dia adalah Dzat yang hidup dan selalu menaungi dan tidak pernah tidur"
Orang itupun bergumam "ahh kalian adalah hamba yang sangat buruk, kalian bisa se-enaknya saja tidur, sementara Tuanmu terjaga".

Setelah aku sampai di daratan dan kita mau berpisah akupun mengumpulkan beberapa dirham (uang) dan kuberikan padanya, tapi dia malah berkata "Untuk apa ini semua?"
akupun menjawab "Dengan uang ini kamu bisa membeli sesuatu untuk bekal hidupmu".
Orang itupun malah berkata "ahh kalian, kalian menunjukkan aku suatu jalan yang belum pernah aku tempuh, sedangkan aku saja dulu menyembah selain-Nya, dan dia tetap menghidupiku dan tidak pernah membiarkanku, sedangkan sekarang aku sudah menyembah-Nya, apa mungkin Dia akan meninggalkanku? Sedangkan aku sekarang sudah mengenal-Nya".

Akhirnya kami pun berpisah dan dia tetap menolak pemberian uangku karena sangat percaya akan perlindungan dan penanggungan Allah SWT kepadanya, hingga selang 3 hari aku mendengar bahwa dia sekarat dan mau meninggal, lalu aku pun mendatanginya, dan bertanya kepadanya "Adakah kamu punya keinginan?", dia pun menjawab "ahhh saudaraku engkau telah mengabulkan keinginanku ketika engkau mengeluarkanku dari daerah (jazirah) itu". Karena lelah aku pun tertidur di sampingnya, dan dalam mimpiku aku melihat perempuan muda dan cantik dalam taman yang hijau, perempuan itu berteriak "Haaaiii cepat bawa dia kesini, sudah sekian lama rindu ini terpendam kepadanya",
terhenyak aku pun terbangun dari mimpiku dan kulihat sahabatku sudah kaku dan mati.

Aku pun menguburkannya malam itu juga, dan malam itu aku pun tidur seperti biasanya, lalu dalam mimpiku aku bertemu dengan orang itu memakai mahkota dan di dampingi oleh bidadari, dan orang itu membaca ayat
{والملائكة يدخلون عليهم من كل باب سلام عليكم بما صبرتم فنعم عقبى الدار}
QS.ar-Ra'd: 24

(Disarikan dari kitab Tanqihul Qaul al-Hatsiits fii Syarh Lubaabul Hadiits. Karya Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi)

Rabu, 12 April 2017

Ceramah al-'Allaamah alHabib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh Tentang Makna Keberkahan

al-'Aarif biLLAAH alHabib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf (gurunya alHabib Umar bin Hafizh) pernah bercerita tentang seorang lelaki yg memiliki hajat kebutuhan & hidup dalam keadaan fakir. Suatu saat lelaki ini bermimpi melihat seseorang dan berkata kepadanya bahwa di tempat anu di bawah sebuah batu ada uang 1000 dirham, lelaki itu bertanya: "Apakah ada keberkahannya?", dijawab: "Tidak ada". Seraya lelaki itu berkata: "Aku tidak mau memenuhi hajatku dengan uang itu".

Di hari berikutnya ia bermimpi lg tentang hal yg sama, dikatakan di tempat anu di bawah batu ada uang 500 dirham, lalu ia bertanya: "Apakah ada keberkahannya?" Dijawab: "Tidak". Dijawab lagi oleh lelaki itu: "Aku tdk mau memenuhi hajatku dg uang itu". Berulang terus mimpi lelaki tersebut, disebutkan uang 100 dirham, kemudian 10 dirham.

Sampai pada malam yg lain lelaki itu bermimpi lagi hal yg sama melihat seseorang dan berkata kepadanya bahwa di tempat anu di bawah batu ada uang 2 dirham, lalu ia bertanya: "Apakah ada keberkahannya?" dijawab: "Iya, ada". Sontak lelaki itu berkata: "Jika ada berkahnya aku mau".

Lalu lelaki itu menceritakan hal ini kepada isterinya, isterinya ini termasuk orang yg tidak faham akan makna keberkahan. Si isteri berkata: "Engkau berikan kami 2 dirham dari yg awalnya 1000 dirham, hanya karena tidak ada keberkahannya?". Dijawab lelaki itu: "Pokoknya aku hanya ingin yg ada keberkahannya".

Singkat cerita pergilah si isteri untuk mencari tahu kebenaran mimpi suaminya, dan ternyata memang benar, ada uang 2 dirham sebagaimana di mimpi suaminya itu. Ia pergi ke pasar, ia beli 2 ekor ikan dengan uang 2 dirham itu, lalu ia pulang ke rumah. Tatkala pisau membelah perut ikan yg pertama, tiba-tiba ada intan permata di dalam perut ikan tersebut, lalu dibelah lagi perut ikan yg kedua, juga ada banyak intan permata di dalamnya. Sehingga jadilah ia memiliiki ratusan ribu dirham. Maka ia berkata: "Lihatlah keberkahan ini hai fulanah, kalau kita ambil yg 1000, berapa lama kita bisa bertahan & akan cepat habis. Sekarang ambillah yg ingin kau ambil & sedekahkanlah dan berikan kepada para tetangga."
Begitulah keberkahan nampak hasilnya dg jelas di alam ini.

Wallaahu a'lam bishShawab

Cuplikan video ceramahnya alhabib Umar bin Hafizh: https://www.youtube.com/watch?v=zgh85KNNnhQ

Selasa, 04 April 2017

Ceramah AlHabib Umar bin Hafizh Tentang Kisah Sayyidina Musa bin Ja'far ash-Shadiq (Musa al-Kaazhim)

Dinuqilkan dari ulama-ulama ahli sejarah apa yg telah diriwayatkan oleh Syaqiq al-Balkhi tentang Sayyidina Musa al-Kaazhim RA. Saat itu adalah musim haji dan ramai orang pd saat itu.

Ada seorang pemuda yg mengenakan baju sufi di tengah orang ramai tsb. Terlintas di hati Syaqiq al-Balkhi yg mengatakan bahwa pemuda ini menampakkan suluk & kesufiannya hanya utk mencari simpati orang-orang. Syaqiq pun mendekati pemuda itu, tiba-tiba pemuda itu berkata kpd Syaqiq: "Wahai Syaqiq, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sungguh sebagian prasangka itu adalah dosa". Syaqiq pun tercengang seraya berkata: "Astaghfirullaah, pemuda ini tahu namaku dan ia tahu apa isi hatiku".

Pemuda itu kemudian pergi. Syaqiq berkata: "Ini adalah orang shalih, aku telah berburuk sangka padanya. Aku akan meminta maaf dan meminta do'a darinya". Lalu Syaqiq mencari pemuda itu dan ia temukan pemuda itu sedang shalat. Selesai shalat, pemuda itu berkata: "Wahai Syaqiq, bacalah firman Allah SWT: Sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi yg bertaubat, beriman dan beramal sholeh lalu tetap di jalan yg benar". Pemuda itu pun pergi lagi meninggalkan Syaqiq.

Syaqiq kembali bergumam: "Sungguh menakjubkan orang ini, saya akan mencarinya". Syaqiq melihat & terus mengawasi pemuda itu. Lalu dilihatnya pemuda itu sedang membawa ember kecil di atas sebuah sumur, namun ember itu tercebur ke dlm sumur, sementara tidak ada orang lain di sekitarnya, seraya pemuda itu menatap langit dan ia berkata: "Wahai Zat yg tak membutuhkan makananku, airku dan segalanya, maka janganlah putuskan aku di tempat ini". Tidaklah ia selesaikan doanya melainkan air sumur itu naik dan embernya ada di atas air, ia ambil ember itu dan berwudhu lalu ia ambil pasir di dekatnya. Karena rombongannya telah jauh meninggalkannya, sedangkan ia lapar, ia ambil pasir dan ia letakkan di dalam ember lalu diaduk-aduk kemudian diminumnya. Syaqiq segera mendekati pemuda itu seraya berkata: "Berikan aku dari rizki yg Allah berikan kepadamu". Pemuda itu menjawab: "Berbaik sangkalah kpd Allah! Ambillah dan minumlah!". Dengan segera Syaqiq meminumnya, dan ternyata itu adalah tepung dicampur gula yg enak & banyak.

Kemudian Syaqiq mencarinya lg namun tak dpt ditemuinya pemuda itu. Sampai akhirnya tiba di Masjidil Haram pd tengah malam, Syaqiq melihat pemuda itu sedang ada di sudut masjid, shalat dg khusyuknya sambil menangis hingga sampai terbit fajar. Hingga datang waktu shubuh lalu shalat bersama orang banyak, lalu pemuda itu melakukan thawaf sampai terbit matahari. Sambil terus Syaqiq memantau pemuda itu dan mengikutinya. Ternyata di belakang Masjidil Haram sudah banyak jamaah berkumpul yg tak lain adalah para murid dan pengikut dari sang Pemuda itu. Syaqiq menjadi takjub dibuatnya dan ia bertanya kpd salah seorang jamaah yg sedang berkumpul tadi: "Siapakah pemuda ini?", maka dijawab: "Beliau adalah Musa bin Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Husein". Syaqiq pun tercengang: "Ternyata inilah orang yg aku tidak kenal itu..."

Tahukah sang Pemuda itu berumur berapa di kala itu? Umurnya sekitar 18 tahun atau sekitar 28 tahun. MasyaAllaah Tabaarokallaah....


Cuplikan videonya ceramah Habib Umar bin Hafizh: https://www.youtube.com/watch?v=6Bg20c_NNh4